Senin, 28 Februari 2011

Apakah?

laah...
rekah rindukah,
bongkah batukah,
ataukah salah memanah?
mungkinkah arwah dibelah?

aah...
apakah gerah gairah
di tengah getah merah,
patah tanah,
darah tumpah?

waah...
cintakah,
pedulikah,
pamrihkah?
apakah amarah telah lelah?

haah...
wajah siapakah wajah dibawah wajah?

laa haula walaa quwwata illa billaah...



kemayoran, 09042010

Jumat, 25 Februari 2011

Bis Kota

pagi
: mengantar pergi menjemput nafkah

sore
: membawa kembali lelah ke rumah

pagi ditunggu
sore dirindu
pagi sore selalu



di sebuah bis kota di tengah kemacetan di jalan gunung sahari, 30 April 2010

Selasa, 22 Februari 2011

Berhitung

berhitung mulai!
satu, kantongku masih lunglai
dua, bertebaran aroma bangkai
tiga, jangan dekat pantai
empat, putuskan mata rantai



2010

Senin, 21 Februari 2011

Digoda Sajak

awal cerita di tata almanak, sajak mampir sejenak
menawarkan rancu di beranda sukaku
tentu tegas aku menolak oleh ketidakpahamanku
di lain luang sajak kembali bertandang
memamerkan sepohon indah nan rindang
selerakupun sedikit terangsang
dan seiring waktu, sajak kian rajin menyelinap ke setiap inderaku.

kini sajak tak lagi risih
genit mencubit di riuh rerintih,
gemulai menari di atas genangan getih,
menembangkan pilu terdengar merdu,
menuturkan derita tiada terbata,
mengisahkan lakon curang amat tenang.
aku renyah mengunyah semua kisah,
belajar tega menadah airmata para lara,
dan bernafsu meramu kata menjadi pelupa duka.

ah...sajak,
pekaku kau injak injak
hingga akupun merasa enak.


kemayoran, 26-01-'10

Selasa, 15 Februari 2011

Lemari Es

/1/
mari dinginkan impian agar awet meski usia memakan
karena di sini terlalu sukar mewujudkan impian
oleh banyak kelok tajam di jalan
dan amat mahal harga yang harus dibayarkan.

baikkah bila cita-cita dibekukan
lantaran uang adanya di bulan?


/2/
mari bandingkan isi lemari es dengan menu yang jelata makan
empat sehat lima sempurna sekedar anjuran
tapi bagaimana mendapatkan jarang disosialisasikan.

kesempatan yang dijanjikan hanya penantian,
-yang tak kunjung berhenti.

nasehat tentang gizi jadi tontonan sehari-hari
karena penghasilan cuma cukup untuk beli nasi
lauk pauk soal nanti yang pentig perut terisi
sebab hari-hari mesti diecapi...

/3/
perlihatkan isi lemari es milikmu kepadaku
agar aku berselera menelan ludahku
dengan membayangkan nikmat itu
andai aku berkesempatan menyantap
-isi lemari es milikmu,

barulah aku akan memintamu
untuk sisa-sisa makananmu
untuk mengganjal perutku...


/4/
menyimpan aneka selera
membusuk karena serakah
yang lewat rongga sama saja,
-menjijikan.



jakarta, 19 nov 2009

Minggu, 13 Februari 2011

Air Mantra

siapakah yang menyebut diri sebagai buaya
binatang melata lambang pendusta

dengan telunjuk dan jari tengah
ia mengangkat sepotong sumpah
semudah meludah di wadah sampah
sembari melelehkan air mantra
demi tetap tersemat selendang citra

namun itu terbaca sebagai tanda

setiap prasangkapun kian percaya
bahwa buaya sungguh pendusta

tak lama kemudian baginda menghardiknya
agar enyah dari tempat duduknya



jakarta, des 2009

Jumat, 11 Februari 2011

Nasi Telah Menjadi Lulur

: para demonstran murni

sebungkus nasi telah menjadi lulur
untuk kulit kusam para demonstran yang terjemur
bersemangat untuk transparansi yang kian mengabur
dan kekhawatiran akan keleluasaan yang hendak dikubur

nampaknya cita cita luhur tak diizinkan menjadi mabrur
jalan kata dan nafas mulai dipersempit serapat dubur

sementara asap semakin jarang mengepul dari setiap dapur
sebab air hampir tandas di setiap sumur
inikah gambaran negeri yang adil makmur?
sekuntum negeri idaman para leluhur


jakarta, 24 desember 2009

Kamis, 10 Februari 2011

Mengayak Hujan

heem...,
mampukah aku memunguti arti hujan?
di ruah curahnya
dari murung mendungnya
lewat nyaring lengkingnya.

berjuta hujan telah kujumpai
dari tetitik rintik hingga deras peras
namun belum pernah kutemui
makna dan warna yang memaras

dahulu aku melulu menyibak lebat juntainya
sengaja melumpuri kaki sambil lari kesana kemari
bertelanjang di ruang lapang
sekedar untuk derai masa kekanak
biarpun gigil menanak
dan tak peduli sesungut emak

kini, kala jiwa gemar meliar
lagi, ingin kuulangi permainan hujan yang hanya sebentar
sesama sebaya saling kejar
di tanah yang melumpur oleh air halilintar
dengan harapan kutemukan
sekuntum harum ranum misteri di riuh caci maki
yang tertumpah dari awan di ketinggian

bila tak ada, haruskah diri putus asa,
mencari yang menjadi kehendak hati?

lalu,
: dari mana datang bandang yang memporandakan perkampungan?
: mengapa bebukit seketika bangkit lantas menggigit rerumah dan sesawah?
: dari mana asal usul musibah dan wabah yang sering saling susul?

sementara,
di belahan lain malah timbul syukur yang meletup letup
setelah sekian lama pintu rizki seolah ditutup
kerontang yang membentang mulai menghilang
serentak giat mengolah liat
lalu gigih menabur benih
di tanah tanah basah
demi kebutuhan yang enggan ditahan
sembari tekun memohon kepada Tuhan
agar tak lekas mengemas musin hujan.

di diriku
segenggam keyakinan terbalut sehelai bimbang
dari kelam awan dan di derai rindang
sanggupkah kuayak hujan yang bertandang?


kemayoran, 20012010

Rabu, 09 Februari 2011

Melepas Istri

aku menyerah.
kau pergilah
dengan gegas dan beban lepas,
dariku karena kau tak lagi merasa puas.

tak usah kau kenang lagi saat kita berdua menarikan kuas
memulas alas anak kita untuk berpulas.
sesekali saja pulang untuk rindu yang hendak kau hempas
pada anak kita yang berkulit seputih kapas.

kau memang punya cukup trengginas sehingga kau bersikeras
hendak mengadu nasib di lautan cahaya bias.

sering kau menghardikku lelaki pemalas.
memang di dapur kita jarang ada beras, lauk pauk apalagi daging unggas,
tapi bukan berarti aku pemalas.
mungkin rejekilah yang mesti dijemput lebih keras.

bagi keluarga kita matahari teriknya amat panas
dan hidup begitu buas
maka keringat mesti sampai tandas diperas.
kepala di bawah dan kaki di atas
kugeluti agar keluarga kita, biarpun tersengal tetap bisa bernafas.

dari subuh hingga sinar hari lepas tekun aku memilah-pilah ampas
kukumpulkan pula apapun yang berjuluk bekas
demi harga yang kian melangit juga nilai di lembar-lembar kertas.

tak adakah satu pun di ibamu yang membekas?
semua seperti tersapu hujan deras
karena pada akhirnya anak kita menangis keras
dan aku hanya mampu termangu di teras...



kemayoran, 23022010

Mimpi Seorang Penyair

menunggu pagi
seorang penyair melanjutkan mimpi
merebahkan pikir di tengah angan semilir
berharap ilham berkunjung lagi
kerap kelam berujung duri
lalu rakus meraup diksi
dan mengukus rima agar tak basi.

mimpi seorang penyair adalah syair
bukan bait bait beraroma anyir
tak apalah bila diwarnai sedikit sindir
siapa tahu yang tersindir lalu mau berpikir
untuk merubah peri dan laku
karena pada akhirnya setiap raga akan pergi dengan tandu.

...di dalam mimpi pagi itu
jasad si penyair terbaring di atas tandu
para pelayat riuh melagu...


kemayoran, 22012010

Selasa, 08 Februari 2011

Menggali Sajak

mata otakku berkali-kali aku asah
agar mampu kugali sajak-sajakku yang dalamnya cuma sejengkal
namun kata-kata yang menyentuh mata otakku amat cadas
makna telah lebih dulu lepas sebelum otakku sempat kuhempas
selalu yang kudapati hanya seonggok gemas yang entah kapan menetas

sampai kapan aku mesti bekerja keras?
sedang otak telah sampai ampas kuperas.

(diam-diam aku rajin mengintip ke ladang tetangga)


kemayoran, 2010 - 2011

Sabtu, 05 Februari 2011

A s a p

sudah sering terjadi semenjak proklamasi bahwa konstitusi merestui segala aksi dan demontrasi demi situasi negeri juga demi perut-perut tak berisi.

namun kata-kata cuma bisa kueja karena sebenarnya matahari tak 'kan sekalipun terbit di mulut goa.

sejengkal demi sejengkal kupijakkan kakiku yang terbebani bayi. gerimis tekun kunanti karena mimpi-mimpiku butuh dibasahi. hujan adalah salah satu mimpiku yang masih kering. di tanah ini dasi tumbur subur sekali.

aku tak bernyali bertamu ke rumah sebelah karena aku yakin sesuatu yang tak lumrah akan kudapati sebagai hidangan suguhan. setiap kali bertandang ke rumah kerabat selalu aku disuguhi air mendidih yang butuh waktu untuk mendinginkan sedang hausku sudah kian mencekik.

senda gurau semakin mengangakan lukaku. luka jiwa luka raga. luka mata luka telinga.

rerumputan tak sungkan lagi memanggil-manggil Tuhan demi perut-perut tak berisi, demi suguhan tak lumrah, dan demi air mendidih.

aku sendiri memadukan konstitusi, bayi, dasi, dan rerumputan agar serasi dipandang.

lalu apa yang dapat kugadang?


jakarta, 2010

puisi telah diposkan di Situseni

Kamis, 03 Februari 2011

Bakat

bakat sejatinya alamat.
bakat sehat alamat ke sebuah tempat nan nikmat
bakat jahat penanda sebuah jurang terlaknat
pilihlah dengan bijak akhir dari alamat
peliharalah secara elok selama hayat
untuk sebuah tempat istirahat nan nikmat,
kelak bila hayat telah tamat.


jakarta, 2010

Rabu, 02 Februari 2011

Televisi 2

layarnya pintu ke penjuru berantah
suaranya jendela ke tabir entah


jakarta, 22112009

Hukum Gagap

...
gelap
senyap
pengap
gagap
kalap
meratap
tertangkap
kakap
tiarap
bekap
suap
sulap
lelap
menguap
...


jakarta, 2009 - 2011

Selasa, 01 Februari 2011

Mie Instan

adakah makanan yang lebih keriting daripada mei instan?
yang bila direbus selama 5 menit akan lunak dan tetap keriting
membuat kami merasa ringan saat memakan
sebab mie instan juga ringan di kantong kami
yang hanya menjadi buruh dengan umr yang selalu keriting

adakah makanan yang lebih mengenyangkan daripada mie instan?
yang karena kenyang mie instan
kebutuhan-kebutuhan kami bisa terpenuhi

adakah makanan yang lebih beresiko daripada mie instan?
yang bisa membuat kami bisa bertahan hidup lebih lama
sebab di tubuh kami telah menumpuk racun
yang mau tak mau harus kami konsumsi
karena amburadulnya regulasi

adakah mie instan hari ini?
biar kami tetap berdiri


jakarta, 12 oktober 2010

puisi telah diposkan di Situseni