kau menyeretku ke tengah belantara
mempertemukan aku kepada flora tak bernama
memperkenalkan aku kepada fauna yang tak kutahu apa
keduanya tak pernah kukenal sebelumnya
kerna aku seorang buta.
diilham dari puisi-puisi fitri fitlie, teman saya di facebook
kemayoran, 25022010
Senin, 31 Januari 2011
Minggu, 30 Januari 2011
Menanam Cita di Kesunyian
dengan apa akan kuhalau kesunyian
sedang pikiran dirundung kerinduan
kubayangkan sehelai senyuman
di antara keriuhan lembayung senja ia selalu datang
membawa seuntai keromantisan
beribu kuntum bertebaran
mewarnai pekarangan hati
pada hijau rerimbunan asa
gamang dan keyakinan berbauran
kubiarkan ombak menghantam keteguhan
sembari kutaburi beranda keinginan
penuh do'a disertai pengharapan
kepada siapakah akan kusiramkan kerinduan
ketika ia tak bisa kujamah
kubayangkan derai-derai basah di atas halus ketulusan
:nyatanya ia terus mendekapi detak-detakku
pelumpang, maret '00
kemayoran, januari '11
sedang pikiran dirundung kerinduan
kubayangkan sehelai senyuman
di antara keriuhan lembayung senja ia selalu datang
membawa seuntai keromantisan
beribu kuntum bertebaran
mewarnai pekarangan hati
pada hijau rerimbunan asa
gamang dan keyakinan berbauran
kubiarkan ombak menghantam keteguhan
sembari kutaburi beranda keinginan
penuh do'a disertai pengharapan
kepada siapakah akan kusiramkan kerinduan
ketika ia tak bisa kujamah
kubayangkan derai-derai basah di atas halus ketulusan
:nyatanya ia terus mendekapi detak-detakku
pelumpang, maret '00
kemayoran, januari '11
Jumat, 28 Januari 2011
Sahur
nasi hangat dari magic jar baru diangkat
lauk-pauk tak perlu seperangkat
tak lupa teh manis hangat
biar selera bersemangat
lahap kusantap
mengharap berkah hinggap
2010/1431 H
Minggu, 23 Januari 2011
Taman yang Tak Terpelihara
sampailah pada masa di saat parit taman warisan moyangku mendadak bergolak. merambatkan hawa panas ke dalam taman. aku cuma mampu terperanjat. satu persatu pepohonan hangus, bebunga pupus, dan marga satwa menggelepar. api yang entah dari mana seketika melalap hampir sekujur taman.
aku kehilangan muka pada Tuhan dan ciut pada moyang. api kian garang hingga menjalar ke pekarangan tetangga. adu mulut tak terhindarkan, saling cari salah tak terelakkan di tengah para kerabat, sementara tetangga sigap menghalau api yang kian rakus menjilati apapun.
asap lantas memangkas jarak pandang, sesak kian menusuk pernapasan. para kerabat cuma membatu sedangkan aku serupa induk ayam kehilangan anak-anaknya.
aku lunglai, tubuh gontai, terkapar, menggelepar serupa marga satwa yang terbakar. nanar, samar, hitam. mataku pekat. matikah aku?
perlahan mata kubuka dan mendapati beribu sosok mengangkang, satu tangan bertolak pinggang, lainnya menghunus pedang. akukah yang hendak mereka jagal?
plumpang, 11.1997 - kemayoran, 01.2011
Selasa, 18 Januari 2011
Pesta Rakyat
menunggu giliran panitia memanggil namaku
untuk secarik surat suara hatiku yang ragu
sebab sudah beberapa kali pemilu
tapi kehidupan masih saja pilu
aku contreng tepat di gambarmu
agar kau ingat akan obral janjimu
tentang perbaikan hidup bangsaku
cara memilih telah ditukar
tempat jelata masih saja di belukar
dahulu mencoblos sekarang mencontreng
bagi yang lolos hidupnya makin mentereng
setelah pesta rakyat manakah
bunga harapan akan mekar?
jakarta, 02 desember 2009
untuk secarik surat suara hatiku yang ragu
sebab sudah beberapa kali pemilu
tapi kehidupan masih saja pilu
aku contreng tepat di gambarmu
agar kau ingat akan obral janjimu
tentang perbaikan hidup bangsaku
cara memilih telah ditukar
tempat jelata masih saja di belukar
dahulu mencoblos sekarang mencontreng
bagi yang lolos hidupnya makin mentereng
setelah pesta rakyat manakah
bunga harapan akan mekar?
jakarta, 02 desember 2009
Senin, 17 Januari 2011
Televisi 1
imajinasiku sibuk mengais sajak dari wajah datarnya
beragam gambar menjadi katanya
dari katanya lalu kususun untuk geram kupunya
mungkin geramku untuk kalian, juga aku sendiri
juga untuk anyir cair mengalir
oleh karena sebongkah amarah mudah pecah
tak lupa buat para penguasa pongah banyak tingkah
hampir setiap pagi kusempatkan menyimak suaranya
dan nyaris setiap sore kuluangkan membaca rautnya
suara dan raut yang selalu berubah ubah
dari lembut hingga bersungut
dari lemah hingga amarah
dari senyuman hingga tangisan
dari kekeringan hingga kebanjiran
dari kelaparan hingga keracunan
dari berbagai penyakit hingga diskriminasi di rumah sakit
dari perundingan hingga peperangan
pernah juga tiga kakao menvonis seorang nenek renta
pemuda seks gagal yang gemar menjagal
bocah lugu berbatu mengobral kesembuhan
-kabarnya, kepada para putus asa
syeikh jutawan usia puluhan mempersunting putri usia belasan
para edan memproklamirkan diri sebagai utusan Tuhan
rapat para pejabat atas nama rakyat tapi entah apa yang kami dapat
uang triliunan buat bank sekarat -aku lebih suka menyebutnya kuwalat
mayat keadilan yang terus disayat
ini yang menggemaskan
rentetan opera picisan
cari pasangan jadi bahan guyonan
berisik musik bikin remaja kegirangan
hangat gosip mengasyikan
ribuan roman masa lalu pun masih layak dijadikan pemahaman
maka aku masih akan rajin khusyu' di hadapan
sebab aku masih butuh pelajaran
untuk imajinasiku yang masih saja kehausan
jakarta, nov '09 - jan '11
beragam gambar menjadi katanya
dari katanya lalu kususun untuk geram kupunya
mungkin geramku untuk kalian, juga aku sendiri
juga untuk anyir cair mengalir
oleh karena sebongkah amarah mudah pecah
tak lupa buat para penguasa pongah banyak tingkah
hampir setiap pagi kusempatkan menyimak suaranya
dan nyaris setiap sore kuluangkan membaca rautnya
suara dan raut yang selalu berubah ubah
dari lembut hingga bersungut
dari lemah hingga amarah
dari senyuman hingga tangisan
dari kekeringan hingga kebanjiran
dari kelaparan hingga keracunan
dari berbagai penyakit hingga diskriminasi di rumah sakit
dari perundingan hingga peperangan
pernah juga tiga kakao menvonis seorang nenek renta
pemuda seks gagal yang gemar menjagal
bocah lugu berbatu mengobral kesembuhan
-kabarnya, kepada para putus asa
syeikh jutawan usia puluhan mempersunting putri usia belasan
para edan memproklamirkan diri sebagai utusan Tuhan
rapat para pejabat atas nama rakyat tapi entah apa yang kami dapat
uang triliunan buat bank sekarat -aku lebih suka menyebutnya kuwalat
mayat keadilan yang terus disayat
ini yang menggemaskan
rentetan opera picisan
cari pasangan jadi bahan guyonan
berisik musik bikin remaja kegirangan
hangat gosip mengasyikan
ribuan roman masa lalu pun masih layak dijadikan pemahaman
maka aku masih akan rajin khusyu' di hadapan
sebab aku masih butuh pelajaran
untuk imajinasiku yang masih saja kehausan
jakarta, nov '09 - jan '11
Selasa, 11 Januari 2011
Temuireng
ingusku telah lama mengering di sini,
bersama leleh-leleh ingus sebaya
yang sering bersama menghabiskan hujan
dengan bertelanjang diri.
di sini pula getar pertama remajaku kutemukan,
sembari menyembunyikan rendah diri di balik tak peduli.
rinduku selalu setia mengikuti
padahal baru saja kulucuti.
di sini,
banyak yang kupunya telah pergi
menyisakan cerita basi yang kadang kucumbui.
untuknya aku akan berjuang agar jasadku bisa ia miliki,
karena selalu ada yang tertinggal di sini...
* Temuireng adalah nama desa tempat kelahiranku di kec. Petarukan, kab. Pemalang.
pemalang, 16022010
bersama leleh-leleh ingus sebaya
yang sering bersama menghabiskan hujan
dengan bertelanjang diri.
di sini pula getar pertama remajaku kutemukan,
sembari menyembunyikan rendah diri di balik tak peduli.
rinduku selalu setia mengikuti
padahal baru saja kulucuti.
di sini,
banyak yang kupunya telah pergi
menyisakan cerita basi yang kadang kucumbui.
untuknya aku akan berjuang agar jasadku bisa ia miliki,
karena selalu ada yang tertinggal di sini...
---
* Temuireng adalah nama desa tempat kelahiranku di kec. Petarukan, kab. Pemalang.
pemalang, 16022010
Senin, 10 Januari 2011
Merasa Muda
aku terbujuk
untuk turut mereguk
warna dunia yang kian semarak,
sampai naas pun dikemas menjadi gelak.
malam seperti kehilangan relung
karena geliatnya tak kunjung berujung
sebelum mata pagi berkunjung.
malam selalu bernafas
dan aku yang renta serasa digilas
berjingkrak digelitik irama berisik
meliuk disiram sinar temaram
di tengah lusinan wanita yang siap menangkap si kakap,
-yang kemudian mengajak si wanita menyelinap
melanjutkan untuk menghabiskan segelas jus kelam
sembari menerbangkan diri dengan serbuk atau kristal haram.
"malam ini aku akan mendaki sampai puncak".
setumpuk berkas menunggu di ruangku
untuk dibubuhi tanda tamakku.
biarlah usiaku menginjak senja
asalkan pagiku tetap menahan gelora,
dan sekelilingku tekun menekuk punggungnya
mencari muka.
kemayoran, 2009-2011
untuk turut mereguk
warna dunia yang kian semarak,
sampai naas pun dikemas menjadi gelak.
malam seperti kehilangan relung
karena geliatnya tak kunjung berujung
sebelum mata pagi berkunjung.
malam selalu bernafas
dan aku yang renta serasa digilas
berjingkrak digelitik irama berisik
meliuk disiram sinar temaram
di tengah lusinan wanita yang siap menangkap si kakap,
-yang kemudian mengajak si wanita menyelinap
melanjutkan untuk menghabiskan segelas jus kelam
sembari menerbangkan diri dengan serbuk atau kristal haram.
"malam ini aku akan mendaki sampai puncak".
setumpuk berkas menunggu di ruangku
untuk dibubuhi tanda tamakku.
biarlah usiaku menginjak senja
asalkan pagiku tetap menahan gelora,
dan sekelilingku tekun menekuk punggungnya
mencari muka.
kemayoran, 2009-2011
Malam Terakhir
kucumbui malam ini hingga mataku letih
agar esok saat aku pergi tak terbebani sedih
dan hatiku tak digelayuti perih.
aku akan kembali gigih
menemui malam-malamku biarpun langkah tertatih
dan hitam di kepalaku telah memutih...
kemayoran, 20022010
agar esok saat aku pergi tak terbebani sedih
dan hatiku tak digelayuti perih.
aku akan kembali gigih
menemui malam-malamku biarpun langkah tertatih
dan hitam di kepalaku telah memutih...
kemayoran, 20022010
Minggu, 09 Januari 2011
Rentang
kuraih halaman sembari melontarkan ungkapan sayang,
lalu aku menciuminya kerna di sana kudapati rembulan.
beberapa ruas lamanya ragaku dijalari cahayanya.
kuhirup aromanya melesap hingga ke telapak kaki,
aku mengambang meninggalkan pijakan.
masa laluku berlarian
menjauhi keputusasaan.
segala cita berebutan memenuhi benakku
melewati logika dan realita.
sebelum kurentangkan jarak,
kubiarkan serbuk sari berhamburan menemui putiknya
di halaman, kerna di sana kudapati rembulan.
*sajak ini kupersembahkan untuk kekasihku tercinta saat kami berpacaran dan kini ia telah menjadi ibu dari anak-anakku.
pelumpang, 30-09-1999
kemayoran, 03-08-2010
Tersesat
peluh yang antheng di kusam kulitku mulai gerah
kini gundah tiba di lelah
dibelah pepatah lalu bergetah
juga disumpahi serapah sampah
tabu pun lalu berlalu menindas waktu
melalui semangat gertak palu bertalu-talu
namun gaungnya tak lebih angin lalu.
tempat apakah ruangan itu
ingatanku seketika membisu
mana kawan-kawanku
siapakah lawan-lawanku
tak ada kawan atau lawan
yang ada adalah sampai di tujuan
kepada siapa aku hendak bertanya
kala kakiku mengarah ke segala penjuru
semangat kurasa lunglai menyemai benih-benih damai
kerna gersang ini semakin jauh dari usang.
angin tak bersuara dan sinar tak lagi berwarna.
semua seolah enggan menjadi penanda.
disini aku benar-benar tersesat.
kemayoran, 02032010
kini gundah tiba di lelah
dibelah pepatah lalu bergetah
juga disumpahi serapah sampah
tabu pun lalu berlalu menindas waktu
melalui semangat gertak palu bertalu-talu
namun gaungnya tak lebih angin lalu.
tempat apakah ruangan itu
ingatanku seketika membisu
mana kawan-kawanku
siapakah lawan-lawanku
tak ada kawan atau lawan
yang ada adalah sampai di tujuan
kepada siapa aku hendak bertanya
kala kakiku mengarah ke segala penjuru
semangat kurasa lunglai menyemai benih-benih damai
kerna gersang ini semakin jauh dari usang.
angin tak bersuara dan sinar tak lagi berwarna.
semua seolah enggan menjadi penanda.
disini aku benar-benar tersesat.
kemayoran, 02032010
Sabtu, 08 Januari 2011
Panorama Negeri Pantai
asri nian panorama di negeri pantai,
merangsang pikiranku tumbuh membonsai,
menggegas langkahku semakin gontai,
merimbunkan gagasanku di pembakaran satai.
di kedai-kedai,
di punggung-punggung keledai,
di pohon-pohon kedelai,
mimpi-mimpiku digantung di ujung rantai.
aduhai,
nyiur-nyiur rajin bergemulai
melupa bingkai pertikaian tak mudah dilerai,
melupa duga kecurigaan senantiasa mengintai.
ai ai,
setiap pagi kesedihan menganak sungai...
kemayoran, 21022010
merangsang pikiranku tumbuh membonsai,
menggegas langkahku semakin gontai,
merimbunkan gagasanku di pembakaran satai.
di kedai-kedai,
di punggung-punggung keledai,
di pohon-pohon kedelai,
mimpi-mimpiku digantung di ujung rantai.
aduhai,
nyiur-nyiur rajin bergemulai
melupa bingkai pertikaian tak mudah dilerai,
melupa duga kecurigaan senantiasa mengintai.
ai ai,
setiap pagi kesedihan menganak sungai...
kemayoran, 21022010
Rabu, 05 Januari 2011
Kisah Tikus
bukan konon, tikus-tikus di negeri lumbung
telah membandrol diri murah sekali,
melumpuri martabat pada kebencian penduduk negeri.
setiap hari sanak famili diajak rekreasi ke taman
api yang daya bakarnya tak terampunkan lagi.
keluarga tikus amat menikmati.
pada posisi terjepit rasa risihnya yang tinggal sedikit
memaksanya terbirit-birit meninggalkan negeri,
berbekal hasil jual diri sembari
menenteng raut-raut tak bermuka lagi.
di negeri lumbung, kisah tikus ini
terjadi berulang kali.
kemayoran, 28032010
telah membandrol diri murah sekali,
melumpuri martabat pada kebencian penduduk negeri.
setiap hari sanak famili diajak rekreasi ke taman
api yang daya bakarnya tak terampunkan lagi.
keluarga tikus amat menikmati.
pada posisi terjepit rasa risihnya yang tinggal sedikit
memaksanya terbirit-birit meninggalkan negeri,
berbekal hasil jual diri sembari
menenteng raut-raut tak bermuka lagi.
di negeri lumbung, kisah tikus ini
terjadi berulang kali.
kemayoran, 28032010
Cerita Ubin
ubin-ubin yang mengantuk di teras telah disusun rapi mengikuti bentuk lantai
setelah direndam lebih dulu didalam air yang diangsu dari pantai.
coraknya melukis keanekaragaman nan ceria,
kotaknya memadu keanggunan nan setia,
lalu eloknya membuka kekaguman nan mendunia.
setelah ditingkahi puluhan musim, warna ubin melumut,
di sana sini metutuk gundukan sarang semut.
sebuah pemandangan yang tak patut.
menebar aroma sebusuk kentut.
kaki kaki yang biasa lalu lalang satu demi satu menghilang
meninggalkan jejak jejak yang tak perlu 'tuk dikenang.
keanekaragaman, keanggunan, dan kekaguman perlahan luruh kini
apalah arti ubin bila tak ada kaki kaki
kerna keduanya adalah pasangan yang serasi.
kemayoran, 20042010
setelah direndam lebih dulu didalam air yang diangsu dari pantai.
coraknya melukis keanekaragaman nan ceria,
kotaknya memadu keanggunan nan setia,
lalu eloknya membuka kekaguman nan mendunia.
setelah ditingkahi puluhan musim, warna ubin melumut,
di sana sini metutuk gundukan sarang semut.
sebuah pemandangan yang tak patut.
menebar aroma sebusuk kentut.
kaki kaki yang biasa lalu lalang satu demi satu menghilang
meninggalkan jejak jejak yang tak perlu 'tuk dikenang.
keanekaragaman, keanggunan, dan kekaguman perlahan luruh kini
apalah arti ubin bila tak ada kaki kaki
kerna keduanya adalah pasangan yang serasi.
kemayoran, 20042010
Selasa, 04 Januari 2011
Birahi Penyair
: para penyair
gemar sinau aku mencumbui kata-kata
agar terbangun sebuah makna
kata yang menempel di ceceran peristiwa
yang telah lama mengendap di mata
tak henti-henti kutiriskan isi pikiran
kencang kuperas sanubari dan perasaan
dengan harapan menyisakan sari keindahan
agar birahi puisiku dapat terlampiaskan
hingga kureguk kepuasan
aku tak 'kan sungkan mencumbui kata-kata
hingga kureguk kepuasan
jakarta, 01012010
gemar sinau aku mencumbui kata-kata
agar terbangun sebuah makna
kata yang menempel di ceceran peristiwa
yang telah lama mengendap di mata
tak henti-henti kutiriskan isi pikiran
kencang kuperas sanubari dan perasaan
dengan harapan menyisakan sari keindahan
agar birahi puisiku dapat terlampiaskan
hingga kureguk kepuasan
aku tak 'kan sungkan mencumbui kata-kata
hingga kureguk kepuasan
jakarta, 01012010
Pahlawan Disiksa
menyimak berita derita pada tubuh-tubuh tertanda aniaya
serasa menyaksikan cerita dalam drama,
tokoh dan alurnya tak sama namun laranya serasa. diratapi,
setelahnya tak lebih dari kabar burung.
terkatung menunggu berpihaknya mujur,
-syukur-syukur tak tambah hancur.
bila mereka pulang beroleh senang, itu semestinya memang.
jika mereka kembali tertera tanda aniaya dan tanpa upah kerja,
dimana harga diri bangsa dan sedang apa yang berkuasa?
menyimak berita derita pada tubuh-tubuh tertanda aniaya
kita cuma mampu terperangah, kesal bercampur geram
pemerintah entah. devisa! devisa! devisa!
tubuh-tubuh tertanda aniaya tetap tertera di judul berita
kelak akan dilupa seperti juga cerita dalam drama.
mangga dua, 09052010
serasa menyaksikan cerita dalam drama,
tokoh dan alurnya tak sama namun laranya serasa. diratapi,
setelahnya tak lebih dari kabar burung.
terkatung menunggu berpihaknya mujur,
-syukur-syukur tak tambah hancur.
bila mereka pulang beroleh senang, itu semestinya memang.
jika mereka kembali tertera tanda aniaya dan tanpa upah kerja,
dimana harga diri bangsa dan sedang apa yang berkuasa?
menyimak berita derita pada tubuh-tubuh tertanda aniaya
kita cuma mampu terperangah, kesal bercampur geram
pemerintah entah. devisa! devisa! devisa!
tubuh-tubuh tertanda aniaya tetap tertera di judul berita
kelak akan dilupa seperti juga cerita dalam drama.
mangga dua, 09052010
Lelaki Paling Sibuk di Kota
deretan hari aku sibuki tekun memetik butir butir nasi
mengakrabi gang demi gang agar penuh isi keranjang
membelai setiap wadah runtah biar istriku tetap bergairah
bersama mentari menyentuh ufuk
aku mulai menciumi aroma aroma yang menusuk,
amat busuk.
adakah yang lebih busuk?
aku mengisi perut keluarga dari kemasan bekas
isi perut yang lebih berkelas.
setiap yang bekas bagiku butiran beras.
kemayoran, 23022010
mengakrabi gang demi gang agar penuh isi keranjang
membelai setiap wadah runtah biar istriku tetap bergairah
bersama mentari menyentuh ufuk
aku mulai menciumi aroma aroma yang menusuk,
amat busuk.
adakah yang lebih busuk?
aku mengisi perut keluarga dari kemasan bekas
isi perut yang lebih berkelas.
setiap yang bekas bagiku butiran beras.
kemayoran, 23022010
Topeng Mimi Rasinah
: Mimi Rasinah
Kau telah menepati janjimu akan berhenti menari kalau sudah mati.
Panji rogoh sukma* telah kau sajikan menyeberangi separuh ragamu yang telah beku dan separuh lainnya yang telah renta dengan meminjam olah tubuh cucumu yang telah lama kau tempa, menutup segala gerak magismu yang telah kau buka berpuluh-puluh tahun lamanya. Kau selalu menarikan setiap topengmu bersama hati dan jiwa.
Panji rogoh sukma* telah kau sajikan menyeberangi separuh ragamu yang telah beku dan separuh lainnya yang telah renta dengan meminjam olah tubuh cucumu yang telah lama kau tempa, menutup segala gerak magismu yang telah kau buka berpuluh-puluh tahun lamanya. Kau selalu menarikan setiap topengmu bersama hati dan jiwa.
Topeng-topeng yang kau kenakan berulang kali seakan selalu merubah watakmu yang kau perlihatkan pada liuk ragamu yang menggelora serupa puting beliung yang kerap memporakporandakan setiap yang dilewatinya. Setiap mata selalu terperangah kala kau tengah menyuguhkan gelora liuk ragamu.
Kau telah mengukur banyak jalan demi topeng-topengmu bersama dua lelaki dan dua anakmu yang amat kau cintai hingga mereka tumbang mendahuluimu. Kau telah pertaruhkan hidupmu demi kehidupan topeng-topengmu. Kau memang perempuan agung.**
Kini kau telah menepati janjimu akan berhenti menari kalau sudah mati.
---
*tari terakhir yang mimi rasinah tampilkan di bentara budaya Jakarta.
**meminjam istilah dari harian kompas.
Jakarta, 08-09-2010
Langganan:
Postingan (Atom)