sampailah pada masa di saat parit taman warisan moyangku mendadak bergolak. merambatkan hawa panas ke dalam taman. aku cuma mampu terperanjat. satu persatu pepohonan hangus, bebunga pupus, dan marga satwa menggelepar. api yang entah dari mana seketika melalap hampir sekujur taman.
aku kehilangan muka pada Tuhan dan ciut pada moyang. api kian garang hingga menjalar ke pekarangan tetangga. adu mulut tak terhindarkan, saling cari salah tak terelakkan di tengah para kerabat, sementara tetangga sigap menghalau api yang kian rakus menjilati apapun.
asap lantas memangkas jarak pandang, sesak kian menusuk pernapasan. para kerabat cuma membatu sedangkan aku serupa induk ayam kehilangan anak-anaknya.
aku lunglai, tubuh gontai, terkapar, menggelepar serupa marga satwa yang terbakar. nanar, samar, hitam. mataku pekat. matikah aku?
perlahan mata kubuka dan mendapati beribu sosok mengangkang, satu tangan bertolak pinggang, lainnya menghunus pedang. akukah yang hendak mereka jagal?
plumpang, 11.1997 - kemayoran, 01.2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar